SPBU di Malaka-NTT Diduga Hanya Distribusi BBM Subsidi ke Pengecer, Warga Mengeluh!

Malaka, NTT – Diduga keras ada permainan dari pihak SPBU melalui oknum petugasnya dalam hal distribusi BBM subsidi.
Dua dari beberapa SPBU di Kabupaten Malaka-NTT, Sebut saja SPBU Tubaki yang beralamat di Desa Kamanasa dan SPBU Laran di Desa Wehali, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka.
Dugaan ini buntut peristiwa yang kerap dialami warga (pengendara) untuk ikut menikmati BBM subsidi pemerintah sesuai dengan harga yang sebagaimana mestinya.
“Kami menduga ada permainan antara oknum SPBU dengan pengecer. Karena kalau tidak, bagaimana mungkin kendaraan susah dapat BBM sementara pengecer bisa beli banyak?,” ujar salah seorang pengendara yang enggan menyebutkan namanya sebagaimana yang dikutip dari Koranmedia pada (11/02).
Diberitakan, Warga Malaka kembali mengeluhkan pelayanan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina Tubaki dan Laran.
Pasalnya, kedua SPBU tersebut diduga lebih mengutamakan penjualan kepada pengecer ketimbang melayani kendaraan bermotor dan mobil.
Keluhan ini disampaikan oleh sejumlah pengendara yang merasa kesulitan mendapatkan bahan bakar di kedua SPBU tersebut.
Mereka harus mengantre lama, sementara para pengecer dengan jeriken justru dilayani lebih cepat.
Antrian Panjang, Pengendara Kecewa
Seorang pengendara motor, AN, mengungkapkan kekecewaannya saat mengisi BBM di SPBU Tubaki.
“Saya datang sejak pagi, tapi antrian kendaraan panjang. Sementara itu, saya lihat banyak pengecer yang lebih dulu mendapatkan BBM dalam jumlah besar. Ini sangat merugikan kami yang butuh BBM untuk kendaraan,” ujar Yohanis, Senin (11/2/2025).
Hal serupa juga terjadi di SPBU Laran. Pengendara Motor, MH, mengaku sering kesulitan mendapatkan BBM karena stok cepat habis.
“Setiap kali datang, selalu ada alasan BBM habis, tapi anehnya para pengecer bisa membeli dengan mudah. Harusnya SPBU lebih mengutamakan kendaraan, bukan pengecer,” keluhnya.
Dugaan Penyimpangan Distribusi BBM
Beberapa warga menduga adanya praktik penyimpangan dalam distribusi BBM di SPBU Tubaki dan Laran.
Mereka curiga bahwa sebagian besar BBM subsidi lebih banyak disalurkan kepada pengecer yang kemudian menjualnya dengan harga lebih Perbotol RP 13.000.00.
Seorang warga yang enggan disebut namanya mengatakan, “Kami menduga ada permainan antara oknum SPBU dengan pengecer. Karena kalau tidak, bagaimana mungkin kendaraan susah dapat BBM sementara pengecer bisa beli banyak?”
Untuk Menanggapi keluhan ini, warga berharap pemerintah daerah dan Pertamina segera mengambil tindakan tegas.
Jika dibiarkan, hal ini akan semakin merugikan masyarakat yang seharusnya mendapatkan haknya untuk membeli BBM dengan harga resmi.
Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, pihak pengelola SPBU Tubaki dan Laran belum memberikan tanggapan resmi terkait keluhan masyarakat.***